- Home >
- khas pati , makanan pati , nasi gandul , nasi pati , pati , sego gandul , sego pati >
- Sego/ Nasi Gandul
Posted by : kiedu
Minggu, 31 Januari 2016
Nasi gandul merupakan
masakan khas daerah Pati (daerah pesisir Jawa Tengah, merupakan jalan pantai
utara Jawa). Akan tetapi, konon menurut cerita, daerah di Pati yang
memopulerkan nasi gandul ini adalah desa Gajahmati (arah selatan teminal bus
Pati), itulah sebabnya sering ditemui kata-kata Nasi Gandul Gajah Mati.
Walaupun pada akhirnya banyak ditemui penjual nasi gandul yang tidak berasal
dari desa Gajahmati tetap menuliskan kata desa Gajahmati pada spanduk tempat
makan mereka. Jika ditelusuri asal-usul pemberian nama nasi gandul, banyak
versi yang mengemukakan tentang hal tersebut.
Versi pertama mengatakan
bahwa nama nasi gandul adalah nama pemberian dari pembeli. Dulu, di daerah
Pati, penjual nasi gandul menjajakan nasinya dengan menggunakan pikulan yang
berisi kuali (tempat kuah nasi gandul) di satu sisi, dan bakul nasi serta peralatan
makan nasi gandul di sisi lain. Kemudian, pikulan tersebut digotong dan
dijajakan sehingga pikulan tersebut naik-turun seirama dengan langkah
penjualnya (kedua sisi bambu ini bergantungan bakul nasi dan kuali kuah secara
menggantung (gandul). Oleh sebab itu, masyarakat kemudian menamainya nasi
gandul.
Versi kedua, nama nasi
gandul terinspirasi dari cara penyajian nasi gandul yang unik. Cara
penyajiannya: piring yang telah dilapisi oleh daun pisang, kemudian diisi oleh
nasi, baru setelah itu diberi kuah. Karena penyajian yang serupa itu, oleh para
pembeli menyebut bahwa nasi dan kuah itu mengambang; menggantung (tidak
menyentuh piring).
Versi ketiga mungkin dahulu
hanya sebagai bahan banyolan masyarakat Pati. Dikisahkan bahwa penjual (seorang
pria) yang menjajakan nasi tersebut dengan cara berkeliling, memakai sarung.
Ketika penjual tersebut duduk dan melayani pembeli, sarung penjual tersebut
tersingkap dan kelihatan alat kelaminnya yang ‘gondal-gandul’. Kemudian, sejak
saat itu orang menyebut nasi itu adalah nasi gandul. Dari versi-versi tersebut,
versi pertama dan kedualah yang bisa diterima oleh masyarakat luas.
Cara penyajian nasi gandul
ini tergolong unik, karena dalam penyajiannya piring dialasi dengan daun
pisang. Makannya juga tidak menggunakan sendok, melainkan suru, yaitu daun
pisang yang dipotong memanjang dan dilipat dua untuk digunakan sebagai penganti
sendok. Namun biasanya para penjual nasi gandul tetap menyediakan sendok maupun
garpu untuk persiapan apabila pembeli tidak dapat menggunakan suru.
Saat membeli nasi gandul
biasanya hanya akan mendapatkan nasi putih ditambah kuah gandul dengan sedikit
potongan daging sapi. Apabila lauk yang telah diberikan dianggap tidak cukup,
pembeli dapat meminta tambahan lauk kepada penjual. Biasanya tambahan lauk yang
tersedia pada nasi gandul adalah: tempe goreng, perkedel, telor bacem, daging
sapi, dan jerohan sapi. Tambahan lauk ini dapat dipotong kecil-kecil sesuai
dengan permintaan pembeli.
Didekat desa kedumulyo juga terdapat warung yang menjajakan nasi gandul asli dari pati, letaknya tidak jauh dari jalan raya sukolilo - purwodadi.